Panel Diskusi: Tantangan Insan Akademik Era 5.0

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah bersama Stafsus Wapres, Saiful Hadi & Fiqih Radito, Rektor UNU, Bq Mulianah, Anifah Qowiyatun, Aidy Furqan, Umaimah Wahid, Akhmad Baidun, Yossy Nurul, dan Anak-anak perwakilan dari NTB dan Al Hadi

Sebuah perubahan itu sudah pasti dan tidak bisa dihindari. Kemajuan teknologi yang sangat pesat akan mendorong sebuah hubungan saling ketergantungan antara aktivitas manusia sehari-hari dengan teknolongi.

Revolusi industri pun mulai mengalami kemajuan menuju era industri 5.0. Sebuah perubahan yang lebih canggih dari era 4.0 yang sudah tidak asing lagi di kalangan akademisi dan pemangku kebijakan publik. Pasalnya, pada era ini menuntut konektivitas di segala hal (Internet of Thing). Selain itu, era 4.0 diyakini dapat membawa perubahan terhadap kualitas kehidupan secara signifikan  dalam berbagai bidang, semisal pendidikan.

Saat ini dunia pendidikan akan dihadapkan dengan kemajuan teknologi dengan berkembangnya revolusi industri 4.0 yang belum usai, kemudian dikejutkan dengan munculnya society 5.0. Sebuah era yang dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Kecanggihan internet bukan hanya sebagai informasi belaka, melainkan untuk menjalani kehidupan. Sehingga dengan berkembangnya teknologi diharapkan dapat meminimalisir adanya kesenjangan manusia di kemudian hari.

Sebuah cita-cita yang terdengar cukup utopia bisa terwujud. Mengingat Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dan tidak semua orang mengenal Revolusi industri 4.0 pun society 5.0. Hanya segelintir orang saja. Semisal pemangku kebijakan publik dan kalangan akademi yang melek akan kemajuan zamannya saja yang memperhatikan.

Lantas, bagaimana insan akademik menghadapi tantangan era 5.0 ?

Panel Diskusi " Tantangan Insan Akademik Era 5.0" bersama Universitan Nahdlatul Ulama (UNU), NTB
Era 5.0 yang lebih sering disebut dengan Society 5.0 memiliki tantangan tersendiri bagi insan akademik. Institusi pendidikan yang dikategorikan unggulan di Indonesia pun  belum sepenuhnya menerapkan sistem industri society 5.0 ini. Mulai dari sistem pendidikannya, cara berinteraksi antara pendidik dan yang terdidik, hingga pemupukan paradigma berpikir secara modern.

Dalam perkembangan Era Society 5.0, institusi pendidikan memiliki peran penting untuk memajukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu diperlukan pendidikan mengenai kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C  (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration). Inilah yang melatarbelangi diadakannya Panel Diskusi bersama Universitas Nahdlatul Ulama (NU), Nusa Tenggara Barat (NTB)

Panel diskusi yang diselenggarakan secara hybrid ini diikuti oleh puluhan perwakilan mahasiswa UNU-NTB (offline) dan ratusan insan akademik di seluruh Indonesia melalui platform zoom video conference.

Berlangsungnya Panel Diskusi yang mengusung tema "Tantangan Insan Akademik Era 5.0" merupakan hasil kolaborosi antara Universitas Nahdlatul Ulama (UNU)-NTB dan  Yayasan Al Hadi, serta mendapat dukungan penuh dari Staf Khusus Wakil Presiden RI, Dr.Bambang Widianto dan Gubernur NTB, Dr.Zulkieflimansyah.

Rangkaian acara diskusi diawali dengan pembacaan doa, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebanyak 50 perwakilan Mahasiswa UNU-NTB yang mengikuti panel diskusi secara offline di Hotel Grand Legi, Mataram ini, sudah menerima vaksin dosis lengkap dan telah melalui protokol kesehatan Covid-19.
Hj. Anifah Qowiyatun, Ketua Panitia acara

Ketua panitia acara, Hj Anifah Qowiyatun mengatakan, acara panel diskusi yang deselenggaran secara offline memang sengaja dibatasi. Ini dikarenakan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum sepenuhnya usai. Ia juga menyampaikan pentingnya dunia pendidikan  menyikapi dengan bijak tantangan Era 5.0 untuk mecetak lulusan sarjana yang lebih kompeten.

"Acara panel diskusi secara offline memang sengaja kami batasi 50 peserta saja, karena masih pandemi. Tapi secara online (zoom meeting) bisa menampung ratusan peserta. Dan semoga ilmu yang dibagikan dalam diskusi pada hari ini bisa diserap dan bermanfaat. Mengingat tantangan insan akademi dalam menghadapi Era 4.0 dan 5.0 ini sangat penting," jelas Hj Anifah saat memberikan sambutan pada Sabtu 26 Maret 2022.

Hj Anifah menyebut, berdasarkan riset World Economic Forum (WEF) 220, terdapat 10 kemampuan utama yang paling dibutuhkan untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, diantaranya bisa memecahkan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreatif, kemampuan memanajemen manusia, bisa berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, kemampuan milenial dan mengambil keputusan, berorientasi mengedepankan pelayanan, kemampuan negosiasi, serta fleksibilitas kognitif. 

"10 Kemampuan ini juga sangat relevan dalam menghadapi Society 5.0. Dalam keseharian terjadi perubahan secara bertahap. Semisal operator pintu tol hilang, digantikan dengan kartu tol elektronik. Counter teller bank sepi, digantikan transaksi e-money, mobile pusat perbelanjaan  banyak yang tutup digantikan dengan digital marketing. Inilah ciri nyata Era Evolusi industry 4,0 dan Society 5.0," kata dia.

Ia menambahkan, dalam era industri pada teknologi saat ini, kampus perguruan tinggi pun bergerak maju. Insan akademik perlu dibiasakan dengan mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu, sehingga terwujud semua hal menjadi mudah dengan kelengkapan artificial intelegent. 

"Saya berharap para peserta yang hadir secara offline disini dan insan akademik yang mengikuti secara online melalui zoom meeting, untuk tetap semangat menghadapi tantangan Era 5.0. Acara panel diskusi pada siang hari ini merupakan kerjasama dari Sekretariat Wakil Presiden RI, dalam hal ini Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU)-NTB serta Yayasan Al Hadi sebagai  Event organizer (Eo) hadir di tengah aktivitas akademika guna bekerjasama selalu bergandengan tangan, menyelam daratan Panel Diskusi "Tantangan Insan Akademik Era 5.0". Atas nama segenap panitia. kami mengucapkan terima kasih atas kerjsamanya dan mohon maaf apabila ada kekurangan," kata Hj Anifah.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr.Zulkieflimansyah turut hadir sebagai Keynote Speaker dalam panel diskusi. 
Gubernur NTB, H.Zulkieflimansyah

Beliau menyampaikan bahwa, dalam program pembelajaran yang disampaikan, membutuhkan keseriusan dalam mengenal karakteristik masyarakat NTB dengan baik. Sehingga program learning-nya benar dan sesuai dengan kondisi masyarakat yang memiliki berbagai macam latar belakang.

"Ada alumni pondok pesantren kita mengenalkan innovation di Nusa Tenggara Barat ini, karena kemampuan dia menggunakan bahasa Inggris dan punya akses terhadap smarthphone, dia belajar membuat sabun kecantikan dan ternyata bisa. Tapi karena tidak mendapatkan izin, dia menjualnya secara online di luar wilayahnya.Ini menunjukkan seorang santri dari pondok pesantren sederhana mampu menghasilkan produk-produk yang menjangkau diluar areanya sendiri. Tapi ada juga pengusaha yang kaya raya di wilayah kita ini, tidak mengerti dia 4.0 dan 5.0. Tapi duitnya banyak karena tugasnya menggiling gabah menjadi padi dan menjadi beras. Karena dia punya pabrik penggilingan dan dia tidak butuh aplikasi digital platform. Akan tetapi dia memiliki finansial yang bagus karena masih melakoni satu poin itu dengan baik," jelas dia.

H.Zulkieflimansyah menyebut dibutuhkan keseriusan mengenal masyarakat Nusa Tenggara Barat dengan baik sehingga programnya tepat, "Ini untuk 5.0, ini untuk generasi milenial, ini untuk para petani dan nelayan kita. Dan kami di NTB ini sangat optimis karena kami punya Rektor Universitas Nahdlatul Ulama yang hebat," kata dia.

"Sepanjang sepengetahuan saya selama berinteraksi dengan Ibu rektor, beliau ini bukan hanya masuk 5.0. Tapi Bu Rektor kita yang hebat ini juga bisa masuk di 4.0, 3.0, 2.0, 1.0 dan bahkan dibawah itu. Kita butuh pemimpin-pemimpin yang inspiratif seperti Ibu Rektor UNU ini, terutama untuk perempuan dan anak-anak perempuan kita yang tetap butuh update dan upgrading. Saya berharap, mudah-mudahan acara hari ini bermanfaat karena menghadirkan para speakers yang luar biasa karena tema-tema ini bukan hanya konsumsi pikiran kita saja, tapi bisa kita praktikkan dalam keseharian kita," jelasnya H.Zulkieflimansyah.
Panel Diskusi "Tantangan Insan Akademik Era 5.0" menghadirkan sejumlah Narasumber yang hebat diantaranya:

1. Dr.Bq Mulianah, M.Pd, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama, Mataram-NTB 
 Topik: "Peluang dan Tantangan kampus menghadapi Era 4.0 dan 5.0 berbasis pada iklim akademik merdeka belajar".
2. Dr.Aidy Furqan, Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, NTB
3. Drs.Akhmad Baidun, M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Topik: "Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan adaptif menghadapi Era Industri 4.0 dan 5.0".
4. Dr.Umaimah Wahid, M.Si, Kaprodi dan Dosen Magister Ilmu Komunikasi S2 Universitas Budi Luhur dan Ketua PP Muslimat Al Washliyah.
Topik:"Media Digital dalam Kampus Merdeka Belajar"

Para peserta yang hadir secara offline dan online sangat antusias dalam mengikuti Panel Diskusi yang berlangsung kurang lebih selama 3 jam tersebut. Selain itu, penampilan Tari Gandrung yang dipersembahkan oleh Mahasiswi UNU-NTB di sela-sela acara, menambah suasanya menjadi lebih menarik dan penuh semangat.


Komentar