'World Hijab Day' : Aku Menutup Kepalaku, Bukan Otakku


Welcome February,
Sebagain orang akan tersenyum manis ketika datang Februari. Sedari dulu, bulan kedua di kalender masehi ini identik dengan sebutan "Bulan Kasih Sayang". Sebutan ini lantaran adanya peringatan Hari Valentine yang dirayakan tiap tahun oleh banyak negara. Meski demikian, tak sedikit juga negara yang enggan untuk merayakannya. 
Sebut saja diriku. Aku tinggal di Indonesia. Sebuah negara  yang mayoritas penduduknya muslim. Di Indonesia, sebagian besar dari kami tak merayakan valentine, bahkan tak mengenal apa itu valentine. Bagi kami, setiap hari merupakan hari kasih sayang. Kami saling menyayangi satu sama lain tiap harinya. Tak memandang suku, agama, pun ras. Karena negara kami memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua".

Balik lagi ke Februari. Bulan yang masih diselimuti curah hujan ini, menyimpan satu hari spesial yang diperingati sebagai hari solidaritas para perempuan muslim sedunia, untuk memperjuangkan haknya dalam memakai hijab. World Hijab Day (WHD) atau Hari Hijab Sedunia merupakan acara tahunan  yang diperingati sejak 1 Februari 2013. Dicetuskan oleh seorang perempuan muslim dari Bangladesh yang bernama Najma Khan. Sejak berusia 11 tahun, Najma sudah pindah dari Bangladesh ke Amerika Serikat (AS). 

AS merupakan negeri impian bagi Najma. Namun, diusianya yang masih belia itu, ia sudah mengalami diskriminasi di negeri impiannya.  Hal itu terjadi lantaran busana Najma yang mengenakan kerudung ditandai sebagai seorang muslimah.
Dilansir dari situs resmi World Hijab Day, Najma mengaku bahwa dirinya sering kali dijuluki batman atau ninja. Bahkan ada yang memanggilnya teroris.
Najma Khan, Founder World Hijab Day

"Tumbuh besar di Bronx, New York City, saya mengalami diskriminasi karena hijab saya. Waktu di sekolah menengah pertama, saya disebut 'batman' atau 'ninja'. Ketika saya masuk universitas setelah tragedi 9/11, saya dipanggil Osama bin Laden atau teroris. Hal ini sangatlah mengganggu. Saya berpikir bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi ini adalah jika kita minta saudara/saudari kita untuk memiliki pengaruh mengenakan hijab sendiri," papar Najma.

Peristiwa yang dialami Najma tersebut, dialami juga oleh banyak muslimah yang tinggal di negara-negara besar dengan umat muslim yang minoritas. Meski di negara-negara tersebut sudah mengkampanyekan kebebasan, masih banyak para muslimah yang mengalami diskriminasi, pelecehan dalam bentuk verbal, hingga perlakuan kasar yang kerap kali mereka terima di tengah-tengah masyarakat dengan faham sekuler.
Aku dan Adikku

Menilik dari banyaknya kasus diskriminatif hingga kekerasan yang dialami para muslimah di belahan negara lain. Aku jadi teringat dengan peristiwa yang kualami 14 tahun silam. Dimana, sebuah perusahaan menolak lamaran pekerjaan yang kuajukan dikarenakan kerudung yang kukenakan. Hal itu tak hanya sekali dua kali kualami. Bahkan berulang-ulang hingga aku tak mampu menghitungnya. Kebanyakan dari perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan asuransi, koperasi, hingga showroom. Kala itu, aku sempat putus asa dan nyaris menanggalkan kerudungku. Bersyukur ada adik dan keluarga yang selalu menguatkanku dalam mempertahankan perintah Allah SWT. 

Mengenakan hijab merupakan perintah wajib bagi muslimah yang telah difirmankan Allah SWT dalam QS: Al-Ahzab 59 : 'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaknya mereka mengulurkan hijabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'

Keindahan dan kedamaian dari ayat kauni di atas, bagaikan oase di hatiku yang tandus kala itu. Tiap kali merasa down, aku tak akan bosan untuk membacanya berulang-ulang. Dan benar saja, Allah memberikan kekuatan untukku. Puji syukur Alhamdulillah, 18 tahun sudah aku bersahabat dengan kerudung yang In sya Allah menjadi hijab dari aurat lahir batinku.

Terlahir dan dibesarkan dengan manyandang status muslim di Indonesia, membuatku semakin bersyukur dan bangga. Meski pernah mengalami kekecewaan karena diskriminasi hijab yang sudah aku ceritakan diatas, aku bisa terus berkarya menuangkan kreativitas yang tak mampu dihalangi oleh selembar kerudung. Di Indonesia, sudah banyak sekali profesi yang tidak mempermasalahkan hijab didalamnya. Sebut saja Polisi, Pilot, Pramugari, hingga Atlet. Bahkan, tak sedikit artis yang kini hijrah mengenakan hijab. 

Bagiku, hijab bukanlah penghalang bagi muslimah untuk berkarya. Aku menutup kepalaku, bukan berarti menutup otakku. Dalam peringatan Hari Hijab Sedunia yang diperingati di lebih dari 190 negara ini, aku berharap akan ada lebih banyak lagi sahabat muslimahku untuk mengenakan hijab, serta tak ada lagi diskriminasi bagi perempuan berhijab di seluruh dunia. Happy World Hijab Day 2020 #EmpoweredinHijab

Komentar