Jelajah Gizi, Aksi Nyata Wujudkan Ketahanan Pangan (Part 3) Jelajah Gizi Race

Rasanya berat banget buat ninggalin empuknya kasur hotel. Tapi yah apa boleh buat. Kehidupan harus terus berjalan. Layaknya bumi yang beredar mengitari porosnya. Terus bergerak sampai waktu yang telah ditentukan. Begitu juga perjalanan kami di Jelajah Gizi. Tak terasa sudah mencapai hari ketiga yang menjadi akhir petualangan gizi di Bogor.
Foto Bersama di
Kebun Raya Bogor
(Foto: Tim Jelajah Gizi)

Mengenal Herbarium Kebun Raya Bogor

Langkah kami dimulai dari Kebun Raya Bogor sebagai destinasi pertama dihari ketiga. Kebun botani yang luasnya mencapai 87 hektar ini, memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuh-tumbuhan.

Sejauh mata memandang, hamparan warna hijau dari tumbuh-tumbuhan dan udara sejuk yang dikeluarkan oleh pohon-pohon besar, membuat siapa saja yang berkunjung akan betah berlama-lama disini.
Pemandangan Hijau Segar
Di Kebun Raya Bogor
(Foto: @aida_dharma87)

Menurut sejarah, Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'Samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang setidaknya telah ada sejak pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda. Sebagaimana tertuang dalam prasasti Batutulis, hutan buatan tersebut ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih-benih pohon yang langka.

Salah satu daya tarik utama Kebun Raya Bogor adalah Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) , bunga ini akan mengeluarkan aroma seperti bangkai yang menyengat ketika mendekati mekar. Bunga yang merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan ini, memiliki tinggi yang mencapai 2 meter. Wah,,aku kalah tinggi rupanya. Tapi sayang sekali aku belum berkesempatan melihat  Amorphophallus Titanum secara langsung.

Meski  tak bisa melihatnya secara langsung, para peserta Jelajah Gizi diajak memasuki Herbarium Kebun Raya Bogor. Terus terang, ini adalah kali pertama aku mendengar kata Herbarium. Menurut Wikipedia, Herbarium adalah suatu koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan dan di data terkait yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Istilah ini dapat juga merujuk pada bangunan atau ruangan dimana spesimen-spesimen tersebut disimpan.
Di dalam Herbarium, kami ditunjukkan beragam koleksi pohon-pohon dan tumbuhan yang sudah di awetkan. Tak sedikit pula dari koleksi-koleksi tersebut merupakan pohon dan tumbuhan langka yang sudah tak ada lagi di bumi. Bentuknya unik-unik, dan tersimpan rapi dalam lemari-lemari besi yang jumlahnya mencapai puluhan. Ada juga yang disimpan dan diawetkan dalam  toples-toples besar yang berisi cairan pengawet. Beragam tanaman yang dikoleksi dan tertata rapi di Herbarium ini jumlahnya mencapai puluhan ribu spesimen. MasyaAllah, fantastis sekali.
Koleksi di Herbarium
(Foto:@aida_dharma87)

Dengan mengunjungi Herbarium di Kebun Raya Bogor, aku jadi tau aneka bentuk pohon dan tumbuhan beserta usianya. Suatu hari nanti, aku berharap bisa datang kembali untuk menjelajah Kebun Raya Bogor, karena waktu setengah hari tak akan cukup untuk menikmati keindahannya yang penuh dengan sejarah. Ditambah lagi dengan banyaknya spot menarik untuk berfoto selfie, pasti akan menambah daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang datang kemari.

Berbaur dengan Penduduk Setempat di Jelajah Gizi Race

Usai mengenal beragam tanaman di Kebun Raya Bogor, para peserta Jelajah Gizi diberikan challenge seru untuk menjelajah kawasan Suryakencana melalui Jelajah Gizi Race.

Kami yang sebelumnya telah dibagi menjadi 4 kelompok yakni : Tim Oregano, Tim Talas, Tim Doclang, dan Tim Singkong, nantinya akan berkompetisi dalam memecahkan teka-teki yang sudah tersusun rapi dalam sebuah amplop besar yang berisikan delapan lembar pertanyaan seputar makanan khas Bogor yang harus ditemukan dalam kurun waktu kurang lebih 1 jam.

Setiap kelompok dibekali dengan uang Rp50.000 per orang. Jadi totalnya Rp250.000 per kelompok yang terdiri dari lima orang. Dalam Jelajah Gizi Race,  Tim Oregano bekerja sama bahu membahu dalam memecahkan tantangan satu persatu.

Kami sengaja untuk berbagi tugas dalam mencari kuliner-kuliner yang tersebar di Kawasan Suryakencana yang cukup luas itu. Dengan membagi tim menjadi dua, sehingga kami pun bisa bergerak cepat menelusuri Jalan Suryakencana.
Es Pala dan Laksa
(Foto: @ aida_dharma87)
Tak jauh dari pintu gerbang Suryakencana, kami bertemu dengan penjual es pala dan langsung memesannya. Harganya cukup terjangkau, yakni Rp7000 saja. Waktu itu aku hanya bertiga bersama Mbak Rina dan Mbak Bella. Sedangkan anggota tim yang lain yaitu Mbak Erna dan Mas Daus sudah meluncur duluan menuju Gang Aut untuk berburu kuliner yang lainnya.

Untuk teka-teki kedua, kami pun berhasil memecahkannya yakni Laksa Bogor. Lokasinya berada tepat di seberang jalan,  tempat kami membeli es pala. Dengan merogoh kocek sebesar Rp26.000, seporsi Laksa sudah terhidang di meja. Kami bertiga langsung menyantapnya di lokasi. Sebelumnya, kami sudah melakukan sesi foto, guna diupload di akun Instagram masing-masing.

Kenyang menyantap Laksa, aku mendapatkan telepon dari Mas Daus yang mengabarkan bahwa ia dan Mbak Erna sudah berhasil menemukan Toge Goreng, Cungkring, Bir Kocok, dan Pepes Sagu. Wow, cepet banget mereka berdua.

Tinggal Bapatong ( Bakso Kupat Gentong) saja yang belum kami dapatkan. Akhirnya, kami memutuskan untuk ketemuan di depan Gang Aut. Dengan mengendarai angkutan kota (Angkot), kami bertiga menuju ke lokasi janjian.
Merasakan naik angkot
Seperti warga setempat
(Foto: Dokpri)

Setelah bertanya kepada penduduk setempat, akhirnya kami menemukan Bapatong juga. Lokasinya tak jauh dari Gang Aut. Dengan merogoh kocek Rp.26000 saja, seporsi Bapatong berhasil kita bungkus.

Dengan ditemukannya Bapatong, lengkap sudah teka-teki kuliner dalam Jelajah Gizi Race siang ini. Dan kami berlima melanjutkan perjalan menggunakan Angkot menuju titik kumpul (tikum) yakni Gedung Dalam.

Sesampainya di Gedung Dalam, ternyata Tim Oregano menjadi Tim ketiga yang baru saja sampai di tikum. Heheh padahal kami sudah berusaha secepat mungkin loh. Tapi tak apa-apa karena tak melebihi waktu yang telah ditentukan.
Laksa, Toge Goreng, Cungkring,
Bapatong
(Foto: @aida_dharma87)
Tim kami berhasil mengumpulkan 7 kuliner khas Bogor yaitu: Es Pala, Bir Kocok, Toge Goreng, Cungkring, Laksa, Pepes Sagu Bakar dan Bapatong. Kesemua kuliner ini kami dapatkan di sepanjang Jalan Suryakencana. Sedangkan uang bekal yang diberikan oleh panitia masih tersisa Rp70.000 yang kemudian kami belikan oleh-oleh dan dibagi rata.
Asinan, Es Pala, Bir Kocok,
Pepes Sagu Bakar
(Foto:@aida_dharma87)

Terkait tentang 7 kuliner khas Bogor yang kami kumpulkan, akan aku tuliskan sendiri di artikel selanjutnya yah. Karena perjalanan kami akan berlanjut lagi ke destinasi kuliner berikutnya.

Asinan Legendaris di Gedung Dalam 

Di Gedung Dalam ini, kami disambut dengan segarnya Asinan Sedap Gedung Dalam yang berlokasi di Jalan Siliwangi No.27 Sukarasari, Bogor. Wah, cocok sekali panas-panas begini menyantap makanan yang seger-seger.
Asinan Sedap Gedung Dalam
(Foto: @aida_dharma87)

Asinan Sedap Gedung Dalam ini termasuk kuliner khas Bogor yang legendaris. Karena sudah berjualan hampir setengah abad. Tepatnya, berdiri sejak tahun 1978. Awalnya, generasi pertama asinan di Bogor ini berjualan buah keliling. Sampai akhirnya, mampu mendirikan kedai asinan yang hingga saat ini masih populer di Bogor.

Saat ini, kedai Asinan Sedap Gedung  Dalam dikelola oleh generasi kedua bernama Monik. Ia menjelaskan tentang variasi asinan yang dijualnya terdiri dari empat macam yaitu: Asinan Buah, Asinan Sayur, Asinan Campur (Buah dan Sayur) dan Asinan Jagung Bakar.

Untuk Asinan Sayur terdiri dari aneka sayuran segar seperti kol, timun, dan toge yang sudah disiram dengan kuah asinan yang terbuat dari cabe merah dan bumbu lainnya. Sedangkan asinan buah terdiri dari aneka potongan buah segar seperti bengkoang, kedondong, mangga, ubi, jambu, salak, nanas, pepaya muda, apel, dan timun. Potongan buah-buahan segar ini akan direndam dengan kuah asinan dan ditaburi kacang goreng yang gurih. Untuk harga dari Asinan ini, tergolong wajar dengan isian yang beragam, yakni berkisar Rp30.000-Rp35.000.
Bincang-bincang bersama
Prof.Ahmad dan Ibu Monik
(Foto: @aida_dharma87)
Rasa dari Asinan ini sangat segar. Ada sensasi pedas, manis, dan asam yang mampu membuat mata ini merem melek saat menyantapnya. Terkait kandungan nutrisi dalam asinan ini, Prof. Ahmad menjelaskan bahwa Asinan Bogor merupakan jajanan sehat yang kaya akan serat dan vitamin. Meski demikian, bagi orang yang sensitif dengan rasa pedas, alangkah baiknya memesan asinan dengan rasa yang tak pedas. Karena di Asinan Sedap Gedung Dalam juga menyediakan kuah asinan dengan tingkat kepedasan yang sedang.

Makaroni Panggang dan MP Steak
Makaroni Panggang MP
(Foto: @aida_dharma87)
Restoran Makaroni Panggang dengan logo MP besar ini menjadi destinasi terakhir para peserta Jelajah Gizi 2019. Terletak di pusat Kota Bogor yaitu Jalan Salak No.24. Tempatnya bagus dan nyaman. Bangunannya merupakan bangunan kuno yang unik.
Ibu Ida selaku mentor dari Makaroni Panggang dan MP Steak awalnya ingin membuat Apel Pie panggang untuk semua kalangan, karena dulunya apel pie hanya disajikan sebagai menu di hotel saja. Kemudian, peminat apel pie pun semakin banyak. Sehingga muncullah menu baru seperti Makaroni Panggang dan Lasagna Gulung.
MP Steak
(Foto: @aida_dharma87)
Meski menu-menu yang disajikan di sini identik dengan makanan luar negeri, akan tetapi bahan baku yang digunakan merupakan bahan pangan lokal. Seperti Pie Apel yang menggunakan Apel Malang. Demikian pula dengan daging yang dibuat steak, juga menggunakan  daging sapi lokal. Restoran ini juga menyediakan aneka menu lokal Indonesia seperti rujak cingur.

Selain berbincang-bincang dengan pemilik restoran, para peserta Jelajah Gizi juga diajak seru-seruan dengan menampilkan yel-yel dari masing-masing kelompok. Kesemua yel-yel yang ditampilkan sungguh kreatif dan menghibur. Tim Oregano, yakni timnya aku menampilkan yel-yel dengan iringan musik berupa kendang menggunakan meja kayu restoran. Nada dangdut dari lagu kereta malam, kami kreasikan liriknya menjadi bait lagu tentang Jelajah Gizi Bogor. Pokoknya, seru banget deh Tim Oregano.
Sore itu, acara semakin meriah dengan adanya pengumuman pemenang kompetisi sosial media Instagram Story, Instagram Feed, Live Twitter, dan The Best Team. Dan Alhamdulillah, aku menjadi salah satu pemenang Instagram Story' di hari pertama dan kedua dengan hadiah voucher belanja.

Tak berhenti di situ saja, setelah dibuat berdebar-debar karena persamaan skor yang dikumpulkan antara Tim Oregano dan Tim Doclang, akhirnya ketua Tim pun dipanggil ke depan untuk diberikan challenge tambahan, dengan menyebutkan nama-nama teman yang dikenal selama kegiatan Jelajah Gizi Bogor. Saat itu, Mas Daus ketua Tim Oregano beradu dengan Mbak Anisa Ketua Tim Doclang. Mereka berdua bergiliran menyebutkan nama-nama teman yang dihafal. Dan Mas Daus berhasil menyebutkan nama lebih banyak dari Mbak Anisa.

Finally, Tim Oregano dinobatkan menjadi tim pemenang dalam Jelajah Gizi 2019. Alhamdulillah banget, kami berlima langsung bersorak kegirangan. Hadiah yang diberikan berupa uang tunai sebesar Rp1.000.000 dan dibagi 5, sehingga masing-masing orang mengantongi uang Rp200.000.

Dengan demikian, berakhir sudah rangkaian kegiatan Jelajah Gizi 2019 yang penuh dengan edukasi dan pengalaman yang menginspirasi. Semoga di tahun-tahun mendatang, Jelajah Gizi tetap diadakan dan aku pun diundang kembali untuk berpetualang dan menyebarkan ilmunya kepada teman-teman melalui media sosial maupun blog pribadi. Terima kasih kepada para panitia Jelajah Gizi 2019 atas kesempatannya. Salam sukses selalu untuk kita semua. 

Komentar

  1. Ternyata makanan khas Bogor banyak juga yaa mba..
    Soalnya aku cuma familiar sama asinannya yang suegeeer banget..
    Jadi pengen ikut menyantap asinan yang ada pada artikel ini deh!
    Good Job Mba Aida, informasi yang sangat bermanfaat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hu um banyak banget, aku pun baru tau n nyobain pas Jelajah Gizi. Untuk Asinan, Bogor emang juaranya euy. Makasih sudah berkunjung di blog aku ya Dyah ^^

      Hapus
  2. Ngomongin soal gizi, saat ini angka stunting di Indonesia masih tinggi, masih 27 persen lebih. Salah satu faktornya adalah kekurangan gizi. Nah, dgn program ini Sarihusada sebagai swasta, bisa ikut andil menurunkan angka stunting nasional.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak benar,,,melalui Nutrisi Untuk Bangsa, sering diadakan talkshow tentang langkah-langkah penurunan angka stunting. Kakak bisa stalking di akun Instagram Nutrisi Untuk Bangsa. Acara-acara talkshow juga live IG loh

      Hapus
  3. Event jelajah gizi dari nutrisi bangsa emang bagus-bagus mbak. Tahun depan pengen ikutan juga, semoga tahun depan terpilih. Karena setahu aku nutrisi bangsa selalu ngadain event jelajah gizi tiap tahun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, setiap tahun ada event Jelajah Gizi. Semoga terpilih di tahun depan ya kak.

      Hapus
  4. Seru banget ya mba, terakhir muterin Bogor mungkin 2017, kangen sama kulinernya juga

    BalasHapus
  5. jelajah gizi race... seru sekali! berlomba sambil makan, kombinasi ciamik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ditemenin Pakar Gizi pula Kak, tambah ajib deh. Yuk ikutan tahun depan kak .

      Hapus
  6. Penting sekali kegiatan ini, ya. Sangat bermanfaat. Btw aku galfok ke makanan yang difoto itu 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Auto laper yah mbak heheheh. Iya mbak penting dan bermanfaat banget buat nambah wawasan seputar kuliner plus kandungan nutrisinya.

      Hapus
  7. Aih jafi kangen Bogor deh, dulu sering bgt main disana karena ada kakak ipar, eh skrg udah pindah, jd ga pernah ke Bogor lg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bogor emang ngangenin Kak,,,,hehehe aku aja pengen kesana lagi

      Hapus

Posting Komentar