Autisme bukan Penyakit Kejiwaan, Mereka Terlahir Istimewa

Para Penyintas ASD bersama
pendamping orang tua saat berfoto
di depan lokomotif kereta api di
TMII (Minggu,27/10/2019)

Setiap anak terlahir dengan ciri khas dan kelebihannya masing-masing. Akan tetapi tidak semua kelebihan yang dimiliki anak dapat diterima oleh orang pada umumnya. Seperti anak dengan gangguan spektrum autistik (ASD: Autistic Spectrum Disorder) atau penyintas autisme. Mereka memang terlahir istimewa. Kebanyakan dari anak-anak ASD memiliki intelegensia diatas rata-rata, namun memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan dunia luar.

"Penyebab autisme adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak, sehingga anak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif dan wajar," jelas Nadin, Guru Homeschooling ASD, saat ditemui penulis dalam acara Fun Trip bersama ASD di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu, 27/10/2019.

Autisme bukan penyakit menular maupun kejiwaan, sambung Nadin menjelaskan. Mereka hanya mengalami gangguan dalam perkembangan yang sangat kompleks. Secara fisik, anak ASD relatif sama dengan anak-anak pada umumnya. Bedanya, mereka tidak memiliki kontak mata atau tatapan yang fokus.

"Coba perhatikan tatapan mata mereka, anak ASD tidak memiliki kontak mata yang normal. Mereka cenderung distraction. Oleh karenanya, saat jalan-jalan seperti ini mereka butuh pendamping seperti orang tua", jelas Nadin.

Berdasarkan pantauan penulis , semua peserta Fun Trip yang hadir memang didampingi oleh orangtuanya masing-masing. Awalnya mereka terlihat antusias mendengarkan tour guide yang sedang menjelaskan tentang jenis-jenis moda transportasi yang ada di dalam Museum Transportasi TMII, namun selang beberapa menit, fokus mereka sudah berubah. Sehingga, orang tua yang mendampingi pun terus mengarahkan dan membuat mereka merasa nyaman kembali.

Kegiatan Fun Trip bersama ASD ini, awal mulanya digagas oleh Muhammad Azzam Satriawan (14). Penyintas ASD yang juga seorang YouTuber ini, memiliki ketertarikan dengan moda transportasi kereta api. Ia kerapkali mengunggah video terkait perjalanannya menggunakan kereta api ke YouTube channel miliknya.

"Video-video yang diunggah Azzam, menarik perhatian teman-temannya. Sehingga Azzam berinisiatif mengajak teman-temannya untuk jalan-jalan mengenal kereta api di museum", jelas Ibunda Azzam, Melani.

Menurut Melani, anaknya memiliki perbedaan dengan gangguan spektrum autisme lainnya. Azzam tergolong Sindrom Asperger. Jika pada penderita autistik terjadi kemunduran kecerdasan (kognitif) dan penguasaan bahasa. Sedangkan pada sindrom Asperger, mereka cerdas dan mahir dalam bahasa, namun masih tampak canggung saat berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang baru disekitarnya.

"Saat ini Azzam sudah terlihat jelas passionnya. Ia tertarik ke bahasa dan perkeretaapian. Untuk studinya, ia berangkat sendiri ke PKBM, selebihnya kursus bahasa Inggris dan Jurnalistik di rumah saja. Nanti, mulai bulan depan akan les bahas Jerman, kebetulan Azzam dapat beasiswa," jelas Melani.

Dengan diadakannya kegiatan Fun Trip bersama ASD, diharapkan masyarakat dapat menyaksikan sendiri bahwa individu autistik adalah bagian dari kita. Sebagian rata-rata dari mereka memiliki tingkat intelektual atau IQ diatas rata-rata. Selain itu juga bertujuan untuk menghilangkan stigma negatif tentang individu autisme yang selama ini berkembang di masyarakat. Menerima dan menyayangi mereka dengan baik, akan membuat penyintas autisme semakin berkembang dan meraih kesuksesan.

Komentar