Transfusi Darah Seumur Hidup, Bukan Sebuah Akhir Kehidupan

Ruang Transfusi Darah Thalasemia
RSCM, Jakarta

Belasan tahun bersahabat dengan thalasemia tak membuat Alvin (22) dan Iqbal (21) berkecil hati. Keceriaan tetap terpancar dari sorot mata keduanya, meski pembuluh darah mereka saat ini sedang terhubung dengan kateter atau selang tipis yang tersambung dengan kantung darah. Mereka tetap tersenyum dan tertawa, bahkan waktu itu Alvin tengah menyantap makan siang dengan lahapnya. Sementara Iqbal, lagi asik bermain dengan telepon pintarnya.

Ini adalah kali kedua aku datang ke Gedung Kiara, Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM).  Aku datang bersama Fadil, salah seorang teman seperjalanan waktu di Semarang. Kami berdua sengaja datang untuk menemani Alvin dan Iqbal yang hari ini terjadwal menjalani transfusi darah.

Langkah kami pun mulai memasuki sebuah ruangan transfusi darah untuk penyintas thalasemia. Ruangan bercat putih itu cukup luas untuk menampung pasien thalasemia yang tengah menjalani transfusi darah rutinnya. Mereka tak hanya para pemuda-pemudi saja, ada beberapa anak-anak bahkan balita pun harus menjalani transfusi darah agar tetap bisa bertahan dan berjuang dari penyakit kelainan genetik ini. Proses transfusi darah berlangsung antara 2 sampai 4 jam, tergantung jumlah darah yang akan ditransfusikan.
Capek maenan hp,Iqbal lanjut
Maksi dengan Nasgor Ijo^^
Kayak e enak banget yah Bal ^^

Bagi penderita thalasemia, kelainan darah yang tengah mereka alami ini adalah sebuah kondisi yang menunjukkan jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal. Dimana sumsum tulang belakang mereka kurang mampu atau tidak bisa memproduksi sel darah merah dengan baik. Sehingga usia sel darahnya pun tidak bisa bertahan lama.

Bagi orang normal, sel darah merah bisa bertahan selama 120 hari dan mampu membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Sedangkan bagi penderita thalasemia, sel darah merah hanya bertahan kurang dari itu, bahkan tidak sanggup membawa oksigen. Oleh karenanya, penderita thalasemia harus melakukan transfusi darah secara rutin seumur hidupnya.

Bagi Alvin dan Iqbal, kegiatan transfusi darah sama halnya seperti pengisian bahan bakar bagi kendaraan bermotor. Jika ingin terus melaju, maka tangkinya harus tetap di isi dengan bensin.

Terkait biaya untuk transfusi darah yang harus dilakukan rutin setiap bulannya, mereka mengaku sangat bersyukur karena saat ini semua biaya telah tercover oleh BPJS.

"Kalau dulu sih bayar kak sebelum ada BPJS, tapi sekarang Alhamdulillah banget sudah ada BPJS yang meng-cover. Aku bersyukur ka, biaya transfusi plus obat-obatan khelasi besi aja setara dengan tiket pesawat Jakarta-Tokyo (PP)," tutur Alvin.

Transfusi darah rutin yang dilakukan Alvin dan Iqbal bukan tanpa efek samping. Keberadaan zat besi yang kian menumpuk di organ-organ dalam, bisa mengakibatkan pembengkakan pada jantung, hati, limpa, dan organ dalam lainnya. Untuk meminimalisir efek samping tersebut, terapi khelasi besi pun harus dilakukan.

Alvin menyebutkan ada beberapa jenis obat khelasi besi yang diterimanya yaitu obat cair jenis deferoxamine yang diberikan perlahan-lahan di bawah kulit. Ada juga obat khelasi besi berbentuk kapsul deferiprone yang diminum setiap hari. Selain itu, ada asam folat yang  merupakan vitamin B untuk membantu membangun sel darah yang sehat. Alvin juga menceritakan ada obat yang sifatnya dilarutkan dulu dengan segelas air, nama obatnya adalah deferasirox.

Usai melakukan transfusi darah, Alvin dan Iqbal mengaku kalau tubuhnya terasa segar dan berenergi. Sehingga mereka bisa melakukan aktivitas secara normal. Sebagai driver ojek online, Alvin pun bisa menikmati profesi ini dengan happy. Bahkan disela-sela kesibukannya, ia pun masih menyempatkan diri untuk melakukan traveling dan hunting foto tentang perkeretaapian.

Alvin dan Iqbal merupakan anggota aktif di sebuah komunitas pecinta kereta api. Komunitas Edan Sepur Indonesia. Banyak kegiatan positif yang dilakukan komunitas tersebut, seperti sosialisasi perlintasan kereta api, mengadakan posko mudik, serta banyak lagi kegiatan sosial lainnya. Kegiatan positif dari komunitas Edan Sepur di dukung sepenuhnya oleh PT Kereta Api Indonesia.

Sekelumit kisah Alvin dan Iqbal menunjukkan bahwa dari ribuan penyintas thalasemia di Indonesia yang terus meningkat, mereka berdua termasuk pemuda yang memiliki semangat juang tinggi. Kelainan genetik yang melekat sejak belasan tahun lamanya, tak membuat mereka berhenti untuk menikmati hidup. Bagi mereka, setiap nafas yang berhembus haruslah dinikmati dan disyukuri. Karena kita tak pernah tau dititik mana nafas ini berhenti.

Jika takdir mengizinkan mereka untuk memilih, pastilah mereka akan memilih untuk hidup sehat dan normal seperti kebanyakan orang. Namun takdir tetaplah takdir. Sebuah ketentuan dari Sang Pencipta yang sifatnya mutlak. Menerima takdir dengan ikhlas adalah cara terbaik, untuk menunjukkan rasa syukur bahwa mereka terlahir dengan istimewa dan berakhir di tempat terindah-Nya kelak.



Dear Alvin dan Iqbal,

Setiap kehidupan akan berakhir dalam ketiadaan. Hanya waktunya saja yang membuat beda.

Dua hari bersama kalian merupakan pelajaran hidup yang sangat berharga bagiku.
Aku memahami banyak hal yang selama ini tak mungkin bisa aku pahami sendirian.

Hidup ini tak hanya belajar, tapi berjuang.
Kalian berdua adalah pejuang kehidupan, meski kalian tak menyadari.
Ingat satu hal,
"Gak ada alasan untuk berhenti berjuang, karena kalian terlahir istimewa"

Terima kasih atas senyum yang selalu tersungging untukku ^^




Komentar