17 Tahun Bersahabat dengan Thalasemia, Alvin Harus Transfusi Darah Seumur Hidup

Foto(dok:alodokter)

Senyumnya mengembang manakala menjemputku di depan sebuah gedung yang bertuliskan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Alvin Nugraha,  pemuda dengan postur  tinggi ini terlihat sehat dan normal seperti remaja pada umumnya, meski agak sedikit kurus.

Usianya baru menginjak 22 tahun, dan diketahui mengidap thalasemia mayor sejak berusia 5 tahun.

Jadi, thalasemia itu penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh faktor genetika dan menyebabkan sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. 

Demikian yang dikatakan Alvin sembari terus berjalan disebelahku, menuju gedung lain yang masih dalam satu kawasan RSCM. Setelah kurang lebih lima menit, kami pun sampai di gedung yang terdiri dari banyak ruangan. Gedung itu didominasi oleh anak-anak yang lengkap dengan orang tua yang mendampingi mereka.

Siang itu, Alvin tak sendirian, ia bersama Iqbal, salah seorang temannya yang juga penyintas thalasemia. Usia Iqbal satu tahun lebih muda daripada Alvin. Wajahnya cenderung sedikit kuning pucat.
Foto:dokpri
Kami bertiga meyusuri ruangan yang sama, meski harus berpisah karena nomor antrean yang berbeda. Obrolan kecil pun terjadi diantara kami.

"Kakak jangan takut yah, karena ruangan thalasemia deket banget sama kamar jenazah," ucap Alvin.

Aku pun berusaha untuk tertawa garing, meski sebenarnya nyaliku menciut juga kalau mendengar kata "kamar jenazah".

Seolah mengerti isi hatiku saat itu, Iqbal pun menimpali obrolan Alvin. 

"Yang lagi jalan sama kakak ini juga mayat hidup," kata Iqbal dengan nada datar.

Seperti tersengat lebah rasanya mendengar ucapan Iqbal. Hingga otakku seolah tak mampu mentransfer kata-kata yang masih bersemayam di qalbu. Untung saja segera bisa teratasi walau dengan nada yang gugup dan terbata.

"Kita semua akhirnya juga akan bertitle A (Almarhum), tinggal nunggu waktunya aja sih", jawabku sedikit gugup namun bisalah ditutupi dengan senyuman yang diiringi pula dengan senyuman Iqbal walau sangat tipis ^^ hehehe peace ya bro,,maklum kita baru kenal.
Ruangan Transfusi Darah
RSCM (foto:dokpri)

Tepat pukul 11 siang, nama Alvin Nugraha pun dipanggil untuk berjumpa dengan dokter yang saat itu bertugas. Di sela-sela menunggu, Alvin banyak menceritakan tentang penyakit langkah yang dideritanya.

Ia mengaku sering tak percaya diri dengan riwayat thalasemia yang mengharuskannya melakukan transfusi darah seumur hidup. Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bersahabat dengan thalasemia dan transfusi darah. Karena memang dengan cara itulah, ia bisa bertahan agar terhindar dari keluhan-keluhan yang dibawa oleh si thalasemia.

Salah satu keluhan yang dialami Alvin cukup beragam seperti mudah lelah. Untuk mengatasi itu semua, jalan satu-satunya ialah dengan melakukan transfusi darah secara rutin. 
Alvin lagi tensi darah
(Foto: dokpri)

Dalam sebulan, ia mengaku bisa melakukan satu hingga dua kali transfusi darah tergantung dengan kondisi fisiknya waktu itu. Mengenai efek samping dari transfusi darah, Alvin pun menceritakan beragam pengalaman yang telah ia lewati selama lima belas tahun belakangan. Mulai dari pusing, mual, gatal-gatal, bahkan sampai warna kulit yang menghitam akibat penumpukan zat besi.

"Transfusi darah tuh efeknya enggak mesti kak. Pernah sekali waktu aku dapet darah jenis 3 yang warnanya hitam. Nah, usai transfusi kala itu, kulit aku jadi gatal-gatal seluruh tubuh. Warnanya pun hitam sedikit bengkak. Pokoknya menderita banget deh kalau ingat peristiwa itu," jelas Alvin.

Bukan hanya itu saja, ia pun menerima suntikan khelasi besi yang berfungsi untuk meluruhkan penumpukan zat besi didalam tubuhnya. Zat besi yang menumpuk tersebut dikarenakan transfusi darah yang teratur dalam jangka waktu lama.

Ada dua macam obat yang digunakan untuk terapi khelasi besi, lanjut Alvin menjelaskan, yang pertama tuh semacam obat cair yang disuntikkan ke kulit. Butuh waktu yang cukup lama dan lumayan menyakitkan. Sedangkan untuk obat yang kedua, berupa pil yang diminum satu kali sehari.

Mendengar penjelasan Alvin yang sudah faham tentang penyakitnya, hatiku pun tiba-tiba berdesir manakala langkah kami mulai memasuki sebuah ruangan khusus untuk thalasemia.

Terlihat beberapa balita dan remaja dengan riwayat thalasemia. Sorot mata mereka penuh dengan harapan hidup. Meski tak dipungkiri, rasa bosan pun seringkali menghinggapi harapan tersebut.

Bagi thaller (sebutan bagi penyintas thalasemia), mereka hanya memiliki dua pilihan dalam hidupnya. Pertama, tetap berjuang dengan transfusi darah seumur hidup, atau pilihan kedua yakni dengan menyerah begitu saja yang berujung dengan ketiadaan. Yang jelas, Alvin sudah berjuang selama lima belas tahun untuk sebuah kehidupan yang luar biasa ini. Lantas, seperti apa prosedur transfusi darah yang dijalani Alvin? Bagaimana pula soal biaya yang dikeluarkannya tiap bulan?

Bersambung,,





Komentar

  1. Lanjutannya ditunggu ya Mbak. Ini bagus banget tulisannya, menginpirasi kita untuknberjuang seperti Alvin.

    BalasHapus
  2. Hai Kak Salam Kenal .. Saya Juga Teman Nya Alvin Dan Iqbal .. Saya Juga Sama Seperti Mereka .. Penderita Sakit Thalassemia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Aji, salam Kenal yah,,, Aji, jangan2 kita pernah meet di RSCM yah?
      Tetep semangat Aji,,para Thaller tuh pejuang tangguh ��

      Hapus

Posting Komentar