Phangsanny, Desainer yang Terbuai dalam Tenun Sumba


Jakarta- Kecantikan kain tradisional Sumba yang ditampilkan dalam sebuah fashion show, memanglah memiliki ruh tersendiri dalam memikat para pengunjung. Kain yang terbuat dari bahan dan pewarna alami ini, ditenun oleh tangan para gadis dan ibu-ibu di Sumba dengan penuh cinta. Sehingga terciptalah se-liran kain tenun yang begitu eksotis.

Keelokan tenun Sumba begitu kentara menarik perhatian dalam pagelaran Summer Fashion Show 2019 yang bertajuk Lucky Trend Showcase "Equilibre". Desainer kenamaan Phangsanny memperkenalkan koleksi rancangan terbarunya yang diberi nama "Terbuai" yang memakai kain tenun Sumba sebagai bahan bakunya.

Phangsanny mengaku bahwa ketertarikannya pada kain tenun Sumba adalah sebuah ketidaksengajaan. Karena awalnya, ia memang sering berkunjung ke Sumba untuk melihat kuda. Dan pada akhirnya ia malah tertarik dengan keunikan tenun Sumba yang sudah mendapat tempat sendiri di hatinya.

"Awalnya saya ke Sumba untuk melihat kuda. Ternyata saya malah tertarik dengan tenunnya. Entah bagaimana, motif-motif dan alam daerah Sumba sudah mendapat tempat sendiri di hati saya," kata Phangsanny, dalam Press Conference "Lucky Trend Showcase Equilibre" di Royal Jakarta Golf Club, Halim Perdanakusumah, Selasa, (19/02).


Dalam rancangannya, Phangsanny menggunakan  tenun printing untuk mengadopsi motifnya. Ia pun mengatakan bahwa adopsi motif yang dilakukan sudah mendapatkan izin dari para pengrajin tenun di Sumba. Phangsanny juga merancang busana ready to wear  dengan mengadopsi motifnya. Dengan catatan, untuk pemakaian sebagai aksen seperti scraf, belt, dan lain sebagainya ia tetap menggunakan kain tenun asli.

"Saya mengarahkan mereka untuk mencintai kain tenun. Intinya, printing memang tidak bisa menyaingi yang asli. Masing-masing punya pasarnya sendiri," ujarnya.

Phangsanny juga menjelaskan dalam fashion show "Equilibre" ini, akan menyajikan rancangan yang menyuguhkan keseimbangan alam dengan warna-warna natural. Sedangkan konsep nama 'Terbuai sendiri, ia menjelaskan keinginannya untuk tetap menggunakan label busana dengan bahasa Indonesia. Koleksinya juga akan terkesan santai dan mudah diingat dengan nama 'Terbuai'.

"Saya pikir, untuk label busana siap pakai ini namanya harus berasal dari bahasa Indonesia. Kenapa saya pakai kata 'Terbuai'? karena saya ingin menorehkan kesan santai, rileks, terasa seperti liburan, dan pastinya mudah diingat," tutup Phangsanny. (Diary Aida)



Komentar