Nara Sumber (Foto: dokpri) |
Indahnya sholawat yang dilantunkan oleh sebuah grup musik gambus Sabyan, bisa dikatakan mampu membius masyarakat Indonesia untuk bersholawat.
Fenomena ini tidaklah biasa. Karena keberadaan musik religi sendiri dipandang kurang menarik di masyarakat. Berbeda halnya dengan Sabyan Gambus yang behasil menciptakan musik religi dengan kemasan apik sehingga mampu memikat selera masayarakat kita. Ditambah lagi dengan gaya modern dari Nissa Sabyan sang vocalis, berhasil menyedot perhatian para muslimah untuk mengikuti gaya busana berhijab.
Di Indonesia sendiri, keberadaan musik atau tembang yang bermuatan religi sesungguhnya sudah ada sejak zaman para wali. Pada zaman dahulu, para wali menggunakan syair dan tembang dalam menyebarkan agama Islam.
Sebut saja seni musik gamelan dan lagu tembang yang kental dengan budaya Jawa pada zaman dahulu. Hanya saja lagu tembang yang diciptakan berbeda dengan lagu tembang yang lain. Karena disisipi dengan ajaran Islam.
Sebagai salah satu contoh, lagu tembang yang berjudul Tombo Ati yang berisi tentang dakwah agama Islam, sebenarnya adalah ciptaan dari Sunan Bonang. Sedangkan lagu Lir Ilir merupakan ciptaan dari Sunan Kalijaga. Kedua tembang ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih bertakwa.
Keberadaan musik pun semakin berkembang sesuai dengan era yang terus berjalan. Jika pada zaman dahulu para Wali Songo menggunakan seni gamelan dan lagu tembang untuk menyebarkan agama Islam, pada era zaman now ini, sudah pasti ada perkembangan di dunia musik yang telah disesuaikan. Bisa kita lihat dari kemunculan grup gambus yang saat ini sedang viral (red.Sabyan). Untung saja grup musik yang viral saat ini memiliki muatan dakwah yang positif, sehingga mampu memberikan suntikan semangat untuk grup musik yang lainnya.
Menanggapi fenomena permusikan yang ada saat ini, Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia menggelar meeting forum bersama ulama dan musisi. Tema yang diangkat dalam diskusi kali ini sangatlah menarik dan sesuai. Yakni, "Seni Musik Sebagai Media Dakwah di Era Millenials".
Jakarta, 31 Oktober 2018, forum yang dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an ini, berlangsung sangat santai namun penuh dengan muatan ilmu. Forum yang digelar di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat yang beralamat di Jalan Proklamasi no.51 Menteng, Jakarta Pusat ini, dihadiri oleh Habiburrahman El-Shirazy, Ust.Cholil Nafis, K.H Zainul Tauhid, Dwiki Dharmawan, Erick Yusuf, dan Asrorun Ni'am Sholeh.
Ketua Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy yang akrab disapa dengan Kang Abik, mengatakan bahwa "Seni musik sangatlah urgent menjadi wasilah dakwah, dan bisa dengan mudahnya diterima di segala kalangan. Bahkan sejak bayi pun, ibu kita sudah mendendangkan sholawat untuk menenangkan kita dikala tantrum. Jadi, musik itu sudah melebur semenjak kita didalam buaian "
Kang Abik juga menjelaskan, sebenarnya dalam Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia ini tak hanya seni musik saja yang harus dilakukan pembinaan. Masih banyak seni-seni lain di Indonesia yang bisa digunakan sebagai media dakwah untuk masyarakat. Karena Indonesia sendiri memiliki beragam budaya dan kesenian yang berbeda di setiap daerah. Oleh karena itu, penyampaian dakwah melalui seni dan budaya diharapkan bisa masuk di segala aspek kehidupan.
Sedangkan Dwiki Dharmawan, seorang musisi terkenal yang berpengalaman, baik di dalam maupun luar negeri sejak era tahun 80an ini, menjelaskan bahwa " Dengan adanya hubungan yang baik antara Musisi dan MUI diharapkan bisa menghidupkan kembali seni budaya di Indonesia yang menghadirkan suatu budaya yang baik dan bernuansa islami di masyarakat"
Selama ini, grup musik gambus, nasyid, dan lain sebagainya, seringkali mengalami kesulitan dalam tehnik maupun pengemasannya. Sehingga hasil yang tercipta memiliki daya tarik yang bisa dikatakan kurang. Oleh karena itu, Dwiki Dharmawan juga menawarkan aransement secara gratis bagi grup musik yang berniat menyebarkan dakwah melalui media musik.
"Musik itu menjadi instrumental hidup yang bisa membawa pendengarnya bersedih maupun bahagia dalam satu waktu. Jadi bagaimana cara kita mengemas musik itu sendiri sehingga bisa menjadi media dakwah di era millenials" jelas Ust Cholil Nafis di penghujung acara.
Marawis Subulussalam (Foto:dokpri) |
Meeting forum sore ini ditutup dengan doa dan penampilan grup marawis dari Pondok Pesantren Subulussalam .
Alhamdulliah ... Semoga Seni Musik menjadi mengikat kita untuk berdakwah dan Insha Allah.... masyarakat dapat dengan mudah untuk belajar ilmu ketaqwaan dan lain sebagainya..... serta memberikan nilai-nilai positif
BalasHapusAamiin Yaa Rabb,, Terima kasih Pak Sobari.
HapusSemoga apa yang diharapkan ulama dan musisi bisa berjalan sukses dan senantiasa mendapatkan berkah Allah SWT. Aamiin YRA
BalasHapusTermasuk salah satu dakwah kreatif nih, kereen😍
BalasHapusSemakin ke sini semakin kreatif cara penyampaian dakwah.. Semoga menjadi kebaikan untuk kita semua.. Aamiin
BalasHapus