![]() |
Dokpri:Cally & keempat anaknya |
“Cally harus dijauhkan dari kucing lain, saat sedang hamil.
Jika tidak, hal itu akan membuatnya stres, dan memengaruhi bayi yang di
kandungnya,” terang dokter hewan yang merawat Cally, saat itu.
Aku sendiri merasa bahagia mengetahui bahwa Cally positif
hamil. Cally adalah nama panggilan yang kuberikan pada kucing betina jenis
persia medium, yang belum lama ini aku adopsi dari salah satu klinik hewan di
kotaku, sebuah kabupaten di Jawa Timur.
Cally memiliki bulu hitam lebat dengan
sedikit sentuhan warna putih. Cantik, eksotis, dan menggemaskan, menurutku.
Tepatnya sebulan yang lalu, aku mengawinkan Cally dengan kucing pejantan
berjenis persia peaknose. Usaha perkawinan yang kulakukan pada akhirnya membuahkan hasil. Aku
pun sudah membayangkan betapa cantiknya anak yang dilahirkan Cally kelak:
perpaduan persia medium dan persia peaknose. Setelah mengetahui kabar
kehamilannya, aku mulai menjaga Cally dengan lebih intensif. Mulai dari memilih
jenis makanan dengan tambahan vitamin khusus untuk kucing yang sedang hamil.
![]() |
Dokpri:Robert |
Selain Cally, aku juga memiliki kucing jantan berwarna cokelat
susu yang kuberi nama Robet. Sebagai
pejantan, Robet sangat aktif. Tak jarang ia sering mendekat, dan bertengkar
dengan Cally. Kondisi ini membuat pengawasan terhadap Cally harus lebih ketat.
Karena mereka dalam satu rumah, meski beda kandang. Selain itu, dokter hewan
yang merawat Cally sebelumnya sudah mewanti-wanti aku agar memisahkan kucing
yang sedang hamil dengan kucing lainnya. Karena bisa menyebabkan stres yang
pada akhirnya sangat berpengaruh pada kesehatan janin yang di kandungnya. Benar
saja, karena beberapa kali terlibat pertengkaran dengan Robet, Cally sempat
pipis disertai darah. Ini membuat aku, dan seisi rumah waspada.
Selama kurang lebih 65 hari, akhirnya tanda-tanda Cally akan
melahirkan pun terlihat. Cally sudah terlihat semakin gelisah, dan
mondar-mandir seperti tengah mencari tempat yang nyaman untuk melahirkan
anaknya. Suara meong yang dikeluarkannya juga makin sering. Sesuai petunjuk
dokter, aku mulai menyiapkan ruangan gelap berupa kardus dan tumpukan handuk
bekas yang sudah didesain senyaman mungkin. Sejak jam 06.00 pagi, aku melakukan
pengamatan intensif terhadap tingkah laku Cally. Waktu terasa begitu cepat saat
penantian, tak terasa pukul 10 malam. Namun, Cally belum juga melahirkan. Agar
tetap ada yang mengawasi Cally, aku dan suami bergantian berjaga. Sampai
akhirnya aku tidak sadar jam berapa mulai tertidur dengan pulasnya. Begitu juga
dengan suamiku.
Aku terbangun, tatkala samar-samar suami membangunkanku
sembari berbisik, bahwa Cally sudah melahirkan. Sontak aku terbangun mendengar
kabar itu. Bergegas aku melihat Cally, dengan penuh semangat dan kebahagiaan
tak terkira. Waktu itu Cally terlihat lemah, namun masih mondar-mandir memutari
sembari menjilati tubuh anaknya. Pelan-pelan aku mendekati mereka, dan alangkah
terkejutnya aku ketika melihat keempat anak kucing yang sudah tak bernyawa
lagi. Kebahagianku sirna, diiringi air mata kesedihan yang mulai meleleh membasahi
pipi. Seperti tercabik-cabik hati ini melihat anak-anak kucing yang begitu lucu
namun tak lagi bernyawa. Air mata ini semakin pecah manakala melihat Cally juga
meneteskan air mata sembari terus menerus menjilati tubuh anak-anaknya yang
semakin dingin dan kaku. Oh Cally, mana mungkin aku bisa merasakan kesedihan
melebihi kesedihanmu? Aku tahu betul bagaimana perjuanganmu mengandung empat
anak. Bahkan sempat stres dan mengeluarkan pipis darah. Aku sempat menyalahkan
diri sendiri, karena tertidur saat menjaga Cally. Mungkin, anak-anak Cally
masih bisa diselamatkan jika aku terjaga.
Namun, apa daya, aku juga harus
sadar, bahwa diri ini juga manusia biasa, yang penuh kekurangan dan kelemahan.
Betapa sombongnya aku yang merasa bisa menjaga dan menyelamatkan Cally serta
anak-anak yang dilahirkannya. Aku lupa, bahwa bukan aku pemilik takdir dan
penentu ketetapan. Ya Allah, ampunilah hamba. Maafkan aku Cally …
![]() |
Dokpri: Cally |
Komentar
Posting Komentar