KH.Ma'ruf Amin: Santri Berperan Penting dalam Kokohnya NKRI

Tampak Suasana Istighosah
Di Masjid Syekh Maulana Yusuf
(Foto:dokpri)
Depok rasa Jombang. Itulah yang saya rasakan pagi ini. Terdengar lantunan sholawat yang indah nan syahdu dari sebuah Masjid yang berada di kawasan perumahan Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat. Di halaman Masjid Syekh Maulana Yusuf, terlihat berjajar tenda berwarna hijau dan putih beralaskan karpet abu-abu sebagai lantainya, yang tengah siap untuk menampung ratusan santri dan juga tamu undangan yang akan mengikuti acara "Dzikir dan Ziarah bersama Prof.DR.KH.Ma'ruf Amin", Sabtu, 12 Januari 2019.

Syair sholawat yang dikumandangkan, tak asing lagi di telinga saya. Hal ini bukanlah hal baru lagi, mengingat lingkungan saya di kampung halaman yang memang sangat kental dengan nuansa pesantren. Di Kota Jombang sendiri terdapat banyak pondok pesantren. Beberapa diantaranya merupakan pondok pesantren besar. Jadi, tak heran jika kota Jombang juga dijuluki sebagai Kota Santri.

Bicara soal pondok pesantren, di Jombang ada empat pondok pesantren besar yang terkenal di Indonesia, yakni: Pondok Pesantren Darul 'Ulum, Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Tambak Beras, dan Pondok Pesantren Denanyar. Santri pondok pesantren tersebut berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Meskipun berasal dari berbagai daerah dan budaya, para santri memiliki tujuan yang sama , yaitu menimba ilmu agama di pondok pesantren Jombang.

Dari Kota Santri inilah, lahir tokoh-tokoh besar di Indonesia, diantaranya adalah Presiden Indonesia yang ke-4 yaitu KH,Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Pahlawan Nasional dan juga Pendiri Nadhlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, Tokoh Intelektual Islam Nurcholis Madjid, dan juga Tokoh budayawan Emha Aiunun Najib (Cak Nun).

KH.Ma'ruf Amin Alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
Pondok pesantren Tebuireng merupakan salah satu pondok pesantren besar dan terkenal di Jombang. Di sinilah Calon Wakil Presiden (Cawapres) KH.Ma'ruf Aamin mencurahkan waktunya untuk menimba ilmu berbagai macam kitab fiqih dan ilmu-ilmu keagamaan selama 6 tahun.

Selain mempelajari ilmu fiqih dengan rujukan kitab-kitab salaf, Kiai Ma'ruf Amin juga mengikuti pendidikan formal di lingkungan Pesantren Tebuireng Jombang. Pada tahun 1958, Ma'ruf kecil menamatkan pendidikan setara Sekolah Dasar, yakni Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi'iyah Tebuireng. Sedangkan jenjang pendidikan setara Sekolah Menengah Pertama, ditamatkan oleh kiai Ma'ruf Amin pada tahun 1961. (Mengutif dari www.nu.or.id)

 KH.Ma'ruf Amin : Peran Santri untuk Kokohnya NKRI

Usai dzikir (istighotsah) pagi ini, Kiai Ma'ruf Amin memberikan tausiyah kebangsaan kepada para santri dan tamu undangan yang datang. Menurut Kiai Ma'ruf, santri dan kiai sudah memperlihatkan sikapnya atas Negara Indonesia sejak dahulu sebelum proklamasi. Meski kemerdekaan belum diproklamirkan. 

Hal ini jelas terlihat manakala syair lagu Mars Nahdlatul Ulama (NU) dinyanyikan oleh ratusan santri yang hadir. Tak ketinggalan, saya pun ikut serta dalam menyanyikan Mars NU yang syarat makna tersebut. Setiap kali menyanyikan Mars NU, jiwa kenegaraan saya seolah-olah seperti mendapatkan oksigen baru untuk memulai hari.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Ma'ruf meminta agar negara harus dijaga seperti dulu para ulama dan santri di bawah komando KH.Hasyim Asyari dalam mengusir penjajah.

"Sekarang ini, orang-orang yang akan menghancurkan negara, baik itu namanya sparatisme maupun isu hoax, tak boleh ada di Indonesia. Santri harus mengawal agama, tidak akan membiarkan upaya yang akan menghabisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena NKRI adalah harga mati."

Kiai Ma'ruf tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pak Jokowi yang telah menetapkan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. Sebab, pada 22 Oktober 1945 sebagai inspirasi lahirnya perlawanan kaum santri kepada penjajah sehingga pada akhirnya pemerintah menetapkan 10 Nepvember sebagia Hari Pahlawan.

"Saat itu, pada tanggal 22 Oktober 1945, untuk menentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berlanjut atau tidak, semua orang terlihat bingung. Tetapi Pesantren Tebuireng, Kiai Hasyim Asy'ari mengatakan kalau melawan penjajah hukumnya fardu ain melalui Resolusi Jihad. Dan pada 22 Oktober 2015 ditetapkan oleh Pak Jokowi sebagai Hari Santri Nasional," imbuh beliau.

Dalam kesempatan yang sama, Kiai Ma'ruf juga menyempatkan diri untuk berziarah ke makam KH.Syekh Maulana Yusuf, salah satu tokoh ulama penyebar Islam di Kota Depok.

"Berziarah kepada ulama penyebar Islam pertama di Depok, KH Syekh Maulana Yusuf memiliki sejarah. Kita menelusuri ulama-ulama yang berpengaruh di bangsa dan negara," tutup beliau.

 

Komentar